Header Ads

Himpaudi Jayaa

Eskalator Cinta

 

Malam telah larut Karin tak jua dapat memejamkan mata, Karin masih terbayang pemuda yang menolongnya saat ia hampir jatuh di escalator mol Kota, gegara diajak ngobrol temannya, Karin tak sadar bahwa putaran eckalator telah sampai pada ujung, Seeeettt… Karin terhuyung huyung berusaha mempertahankan keseimbangan agar tidak terjatuh. Up… seorang pemuda dengan sigap  menangkap tubuh Karin, sontak Karin memeluk pemuda itu,   tak sengaja Karin dan pemuda itu  saling bertatapan dekat dan dekat sekali, sontak jantung  Karin berdentang kenjang, dig, dug, dig, dug, dig, dug, seumur umur pertama kalinya Karin bersentuhan dengan laki-laki,  pemuda itupun melepas Karin dengan lembut dan memberikan  senyuman manis dengan Karin, “Lain kali hati-hati ya mbak”,  Karin melepas pelukannya sambil mendorong pemuda itu, Karin tertunduk malu, tanpa pikir panjang Karin bereskan  belanjaannya yang terlepas dari pegangannya reflek efek kaget. Tak   menghiraukan apa yang dikatakan pemuda itu, sat …set… sat.. set… satu persatu dimasukkan kedalam tas kresek Merah, Karinpun nyelonong pergi, tak mengucapkan sepatah katapun.

“Astaqfirullah hal ‘adzim, Tuhan ampuni Karin Tuhan”. Berulang kali Karin ucapkan kalimat mohon ampun pada Tuhannya,  sesekali Karin menutup mukanya dengan kedua tangannya, terbayang kejadian itu, “duuuhhh malunya”.

Haripun berlalu, kejadian dimol itu masih saja membuat jantung Karin berdetak kencang, ingin melupakan namun terasa berat, justru Karin merasakan ada merinduan ingin bertemu lagi dengan pemuda yang telah menolongnya waktu itu,  rupa-rupanya Karin telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Untuk menepis kejadian itu  Karin menyibukkan diri membantu ibunya membuat kue untuk dijual ditoko kue peninggalan ayanya, sorenya Karin   beraktiftas menjadi guru ngaji disebuah musola dekat rumah.

“Karin, sini nak.. ibu mau bicara sebentar”, panggil ibu Karin.

“Baik Bu”.

“Karin, ibu usianya sudah tua, kamupun tidak lagi anak-anak, sudah waktunya kamu menikah, ibu ingin mendampingi dan melihat pernikahanmu sebelum ibu menyusul ayahmu

“Apakah kamu sudah memiliki calon nak…”?

Sontak wajah Karin berubah menjadi merah, bibirnya kaku tak mampu menjawab pertanyaan ibunya.

Karin terbayang pemuda yang menolongnya saat itu. Karin ingin sekali Pemuda itulah yang menjadi suaminya.

“Ya Tuhan …temukan aku dengan pemuda itu, jodohkan aku dengannya Tuhan, aku ingin membuat ibuku bahagia”.

“Gimana nak…?.

Karinpun tetap terdiam.

“Ya sudahlah ibu tahu jawabanny, belum ada kan?”

“baiklah…Kalau begitu nanti malam kamu siap siap dandan yang rapi, ibu mau kenalkan kamu dengan pemuda sholeh anak teman ibuk”.

Karin membalas dengan senyuman, berusaha membuat ibunya bahagia, dengan menganggungkan kepala Karin menyetujui niat ibuknya.

Sesaat kemudian malampun tiba tamu yang dinantikan telah datang, betapa kagetnya Karin ternyata pemuda yang akan dikenalkan ibuknya adalah pemuda yang waktu itu menolong Karin di Mol.

Tanpa ba bi bu be bo Karin langsung mendekati ibuknya,

“Bu kalau pemuda ini yang ibu maksud untuk menjadi suami karin, Karin mau bu”.

“Terima kasih Tuhan Engkau kabulkan do’aku”.

Karin dan pemuda itu akhirnya menikah, beberapa tahun kemudian Karin dikarunia 2 anak kembar yang diberi nama Nana dan Nani.

Penulis :Sholehah Yuliati, Guru PAUD Al Hidayah Pacul 

No comments