BUDAYA ANTRI YANG PERLU DIBUDAYAKAN
Senin, 27
Desember 2021, Menjelang tutup anggaran bisa dipastikan seluruh instansi
disibukkan dengan laporan akhir tahun, Tak ketinggalan lembaga PAUD penerima Bantuan
Operasional Penyelenggaraan (BOP) tahap II ikut serta dalam hiruk pikuk antrian
panjang dibank Jatim Cabang Bojonegoro, why? dana yang diterima harus segera
dicairkan dan dibelanjakan sesuai dengan Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS) yang telah tersusun sebelumnya.
Seperti biasa
Pendidik PAUD berlomba berangkat “Mruput” ke Bank Jatim untuk
mendapatkan nomer antrian awal, mulai
pukul 06.00 WIB teras Bank Jatim Bojonegoro telah dipenuhi pendidik PAUD, para
kyai Madrasah Diniyah (MADIN) penerima Bantuan BPPDGS dan pihak yang akan
melakukan transaksi ke bank. Dinamika pagi ini kasat mata nampak terlihat perasaan
mereka bahagia, untuk menghilangkan kejenuhan mereka isi dengan obrolan “Ala wong dodol kacang”, asyik main game di HP, whatsapp pan sembari
senyum-senyum sendiri, obrolan mereka pun sampai ke kancah politik, atau juga
ada yang nyinggung regulasi pemerintah yang lambat, yah...bisa dikenal dengan
regulasi keong, berjalan lambat yang membuat resah para rakyat, yang setiap
tahunnya mencairkan bantuan didetik-detik bulan di akhir tahun. Hemm... rakyat
tak mampu berbuat yang punya kuasa para pejabat yang belum merakyat, obrolan
yang mereka bangun hanya ingin curah pendapat tak perlu ditangkap wahai para
pelindung rakyat, hanya untuk penghilang penat
menunggu nomer antrian takut klewat saat dipanggil petugas berbaju
coklat, alias satpam. Ha ha ha.
Setiap kali
pencairan bantuan akupun ikut hadir dalam antrian, dari tahun ke tahun belum ada
yang berubah, bahkan pagi ini lebih parah sampai petugas keamanan harus
berteriak berulang ulang untuk mengingatkan "Antri, baris yang rapi,
duduk, nunggu dipanggil semua dapat nomor, mohon kerjasamanya".
Masya Allah, aku
turut prihatin melihat kondisi budaya antri yang belum membudaya.
Ada juga yang
tega mendokumentasikan kondisi kurang baik pagi ini, petugas pun dengan sigap
menegur "Tolong dihapus, apa maksud anda, bagaimana kalau terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan, bapak mau bertanggung jawab?". Seketika antrian berubah
menjadi tegang, perhatian terpusat kepada bapaknya yang tadi memotret suasana antrian
depan Bank Jatim.
Kalau
dipikir-pikir apa sih tujuannya? mereka kurang memahami tata tertib atau mereka
sengaja mau pasang status biar viral?
Dalam benakku
terus bertanya, apa yang salah dengan budaya satu ini?
Budaya antri
hampir belum membudaya dengan baik, tanggung jawab siapa?.
Mereka tidak
paham, tak mau sabar, atau tidak ada kebijakan yang harus ditaati, atau
pelanggar yang tidak ada tindakan tegas, atau tidak ada contoh dari
pejabatnya?.
Yah ...banyak
hal yang perlu dibahas, biar gak gemes melihatnya.
Ehh.. Menurut
kalian adakah cara budaya antri jadi budaya, bukan sekedar slogan?
Ijinkan aku
berpendapat menyampaikan isi otak siapa tahu manfaat.
Dimulai dari
mana ya, jadi mikir, hadeh….?!!
Ok.. melihat
kondisi antri yang belum membudaya, sebagai pendidik merasa terpanggil dong.
Tipe yang perlu dilakukan adalah :
1. Mulailah dari
diri sendiri, untuk disiplin waktu dan tingkatkan management diri dengan baik.
2. Jangan panik ketika ada yang lebih dulu datang dan ada yang memicu “Nyerobot”, sampaikan
dengan santun untuk bisa antri dan dapat menghargai yang datang lebih dulu.
3. Instansi perketat
aturan dengan tegas.
4.Tanamkan budaya antri sejak dini, mulailah dari yang kecil, antri cuci tangan, sabar menunggu
giliran.
5. Buatlah
regulasi tentang pembiasan antri yang berlaku untuk semua instansi.
Bagaimana? Jika kalian
punya pendapat lain, ditunggu ya?
Yuukkk ...kita
sama-sama menjadi duta antri, bisa dong? Pasti lah, yakin, pasti bisa.
Semangat...!!! (Yuli_WP)
Post a Comment